Senin, 25 Februari 2013

Serial Ceskul : Gratis Sepuasnya


Serial Ceskul : Gratis Sepuasnya

Punya Geng waktu kuliah itu seru. Ada suka dukanya. Sukanya karena selain bisa ngilangin stress, ya bisa jadi tempat minjem duit waktu krisis moneter melanda anak kost. Dukanya yaitu jadi pelabuhan curhat dan tempat pinjaman teman-teman yang lagi fakir alias jamila (jatuh miskin lagi) di akhir bulan. Namanya juga sahabat, kalau lagi butuh wajib ditolong, apalagi kalau teman sudah memasang muka memelas,……gak tega gak ngasih minjam.

Untungnya kalau punya geng, perasaan lebih ceria, apalagi kuliah di rantau orang, kerinduan terhadap keluarga bisa diobati dengan adanya geng. Geng-ku sendiri sewaktu kuliah di UNSRI diberi nama 99’ers. Bukan mencaplok dari nama sebuah staiun radio di pulau jawa. Ini karena kami memang semuanya angkatan tahun 99.

Bolehlah punya geng, karena bersama kita lebih kuat. Misalnya saja lebih kuat atau lebih mampu bergotong royong mewujudkan sesuatu. Misalnya waktu pengen makan mie goring, semua anggota geng langsung ngumpulin duit, lalu dimasak sendiri (nah, jatah masak jatuh pada gadis-gadis anggota geng yang jumlahnya minoritas).

Sifat gotong royong atau sharing dana ini juga pernah membawa berkah bagi anggota geng. Cerita disuatu malam minggu, namanya aja jomblo sejati (walau sering disebut High Quality Jomblo), malam minggu ya paling pas gabung-gabung cari makanan. Biasanya sih minum bandrek dan makan tahu goreng di Simpang Timbangan Indralaya. Tapi malam minggu kali itu jadwalnya berbeda, Durian Party. Sekali-kali boleh donk anak kost berlagak kaya. Bermodalkan uang Rp. 10.000,- dua buah durian didapat. Meski tidak dihadiri semua anggota 99’ers, tapi bisa dipastikan durian party akan jadi ajang rebutan, maklum saja selain saya ada beberapa pesaing yang sudah mengasah kecepatan tangannya untuk segera berebut buah manis durian begitu durian dibuka. Sebut saja Robert, Nurani, David Alite dan Ityn, semuanya langsung berebut makan durian. Namanya saja anak kost kadang gak ada jaga Imej-nya. Berebut makan sambil ketawa-ketawa tanpa perduli ada pelanggan lain juga. Lega makan durian, saatnya bersendawa,…ha ha ha…pikirkan sendiri aromanya.

Ternyata kehebohan kami dengan “Khas Medan” mengundang minat seorang Bapak paruh baya.
“Suka makan durian ya dek?”, si bapak bertanya pelan.

Langsung saja semua pasang muka manis agak malu-malu karena baru sadar ada yang terganggu.

“lumayanlah pak, he he he,….emang kenapa pak?” seorang anggota geng menjawab.

“Saya senang lihat cara makannya, berebut dan sambil ketawa-ketawa”, sahut si bapak.

Langsung saja semua pasang muka agak memerah, ternyata dari tadi si bapak memperhatikan kerakusan anggota geng yang menarik perhatian si bapak tadi.
“Masih mau makan durian lagi?”Bapak tadi bertanya dengan logat Palembang. Sontak saja semua anggota geng menolak dengan jaim-nya. Apalagi si Alite, paling tahu untuk pura-pura jaga imej (meski kadang berlwanan dengan kata hatinya,..ha,..ha,..ha)
Sepertinya si Bapak tidak mau berhenti, dia menawarkan kami makan durian gratis, bukan hanya gratis tapi sepuasnya.

“Minta saja sama si ayuk (panggilan mbak dalam bahasa Palembang) yang jualan durian, nanti berapa pun yang kalian makan,biar ntar si Ayuk yang tagihkan ke saya. Makan saja sepuasnya,….rumah saya dekat koq, saya anggota Dewan yang rumahnya disana, saya senang kalian sangat ceria” Si Bapak menjelaskan sambil menunjuk arah rumahnya yang ternyata merupakan “Puri Cikeas-nya” di daerah Inderalaya.

Wuih,..sontak semua pasang mimik manis sambil malu-malu bilang trima kasih sama si Bapak tadi, terus tersenyum manis sampai si Bapak tadi pergi meninggalkan trotoar tempat durian party berlansung.
Well,…..ini namanya rejeki nomplok, antara percaya dengan tidak percaya, kami konfirmasi ke si mbak penjual durian, ternyata benar, boleh makan sepuasnya selama lambung masih bisa diisi.

Langsung saja tanpa ada jaimnya semua berebut makan durian pilihan masing-masing,…..ini namanya bukan durian runtuh, ini namanya durian gratis. Puas makan sekenyangnya, rasanya terlalu bodoh kalau “gratisan “ini hanya dinikamti sendiri, dengan penuh inisiatif maki mengajak teman-teman kuliah yang kebetulan lewat untuk makan durian. Awalnya banyak yang menolak, mungkin karena berpikir akan bayar, ada juga yang gak percaya bisa makan gratis, ya sudah, yang gak percaya rugi sendiri. Yang percaya juga banyak, semuanya makan sepuasnya,……bangganya bisa jadi “Pahlawan bahan pangan”.

Ternyata geng jomblo tak selalu menyedihkan saat malam minggu, buktinya malam minggu itu menjadi hangat karena perutpun mulai hangat dan penuh gas akibat makan kebanyakan, resikonya pagi-pagi terjadi perang gas,……. Selalu ada resiko dari sebuah kenikmatan,….aroma gas durian di kamar kost dengan dentuman “meriam” membuat pagi hari di kamar kost harus tercemar,….meski begitu tokh kami tetap tertawa lepas layaknya anak muda yang menikmati hidup.


1 komentar:

  1. hahahhahahaaaa.....aku bener2 lupa apakah ini realita atau rekayasa genetika wkakakakkaa....
    cerita ini memancing kenangan lain bersama serumpuners saat kita makan bubur kacang hijo dimalam minggu dirumah kak lasma hidupi eh hayati bersama konco2 lawas lainnya...so nice... merindukan suasana kumpul2 itu ya hehehehe...

    BalasHapus