Rabu, 16 Januari 2013

PLUS MINUS WAJAH PARAWISATA INDONESIA


PLUS MINUS WAJAH PARAWISATA INDONESIA


Indonesia itu cantik dan tentu saja menarik. Seperti halnya dunia fashion, Indonesia ibaratnya kecantikan yang unik. Unik karena berbeda dari negara lainnya. “Surga tropis” yang menawarkan jutaan warna alami. Maka tak heran, Indonesia menjadi salah satu pilihan destinasi para turis luar negeri untuk menikmati liburan.

Cantiknya Danau Toba
Tapi ngomong-ngomong nih,...kalau diibaratkan sebuah wajah, apa ya kira-kira pendapat para turis dalam maupun luar negeri tentang Indonesia??? Beragam pastinya, sama seperti beragamnya tempat-tempat wisata di Indonesia. Secara umum, Indonesia pastinya masuk kategori negara dengan pilihan tempat tak terbatas. Wajar saja saya menyebutnya demikian. Negara kepulauan ini punya “Raja Ampat” yang justru lebih kesohor di luar negeri daripada di dalam negeri. Saya sendiri baru  4 tahun terakhir “aware” alias nyadar tentang kesohoran tempat wisata di Papua ini dari Koran maupun internet. Atau sebut saja “Pulau Gili Trawangan”, kebanyakan teman-teman kerja saya justru gak tahu tempat ini. Saya cukup beruntung bisa pernah bulan Madu dengan istri di tempat eksotis ini. Kebayang aja, pulau kecil di daerah NTB (Lombok) ini justru disinggahi lebih banyak Bule-nya. Kalau Bali, Danau Toba, yogyakarta mungkin semua rakyat Indonesia sudah tahu, tapi kalau Tomohon, Kepulauan Seribu, Pantai Panjang Bengkulu, Pantai di Sabang – Banda Aceh atau juga gugusan pantai di sepanjang Nusa tenggara Timur, apa sudah banyak yang tahu????  Hmm,..... sepertinya kebanyakan masyarakat Indonesia lebih kenal sama patung singa di Singapura atau Phuket Thailand. Parahnya lagi, hampir semua orang SUMUT tahu tentang Pineng Malaysia,......ya kalau gak jadi TKI ya berobat atau cek kesehatan. Wadohhhhh,...kalau sudah begini dimana bangganya jadi masyarakat Indonesia. 

Ngomong-ngomong tentang wajah,..... ada perlunya wajah juga dirawat, diberi sapuan make up, supaya kecantikannya makin bersinar. Gak jauh beda, wisata alam Indonesia juga perlu ”dirias” sedemikian rupa supaya Indonesia tampil lebih cantik dan menarik. Nah kecantikan alam Indonesia memang punya nilai plus dibandingkan negara lain, sebut saja singapura, negara maju ini tidak ”diberkahi” dengan alam yang seluas Indonesia. Kerennya, Negara Indonesia memiliki beberapa gunung berapi aktif, lembah, danau, bahkan Pantai yang begitu indah.

Pesona Lombok & Bali

Tapi tak jarang riasan yang ada justru terkesan salah dan meninggalkan kesan buruk bagi industri wisata Indonesia. Dari beberapa pengalaman saya sebagai wisatawan domestik, tak jarang saya justru kecewa melihat sistem sarana dan prasarana pariwisata di Indonesia. Mungkin, ini juga penyebabnya orang Indonesia justru memilih wisata ke luar negeri.

Kalau tadi sudah bicara tentang plus-nya Indonesia, sekarang minusnya. Meskipun ini hanya pendapat pribadi, tapi saya melihat seharusnnya kemajuan industri wisata harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah misalnya, perlu terus berinovasi dalam mengembangkan pariwisata nasional, bukan hanya iklan Visit Indonesia, tapi yang paling perlu yaitu pembinaan dalam negeri. Masih teringat dengan salah satu komentar turis luar disalah satu edisi Majalah ’Inside Sumatera” yang saya baca ketika menginap di salah satu hotel di kota Medan. Kurang lebih dia memuji kecantikan danau Toba dan Pulau Nias, tapi sangat tidak nyaman dengan jalanan yang rusak sehingga memperlambat perjalanan. Hal itu juga pernah saya rasakan, jalanan yang rusak membuat liburan saya dan keluarga menjadi liburan yang melelahkan, perjalanan Berastagi menuju kota Medan yang biasanya bisa ditempuh selama 2 jam, harus dibayar dengan ”kesabaran ekstra” waktu tempuh menjadi 8 Jam.

Kita mungkin harus berterima kasih kepada majalah Inside Sumatera yang berani memuat komentar positif dan negatif dari turis luar. Beberapa perjalanan wisata saya di dalam negeri kurang lebih sama, jalanan rusak ibarat noda yang mengurangi indahnya sebuah lukisan. Seharusnya pemerintah lebih konsen kepada perbaikan jalur transportasi darat di Indonesia. Delay pesawat juga kurang lebih sama efeknya, kebayang dengan bule yang pengen berlibur dengan jadwal mereka yang ketat, tetapi harus disuguhi dengan jadwal penerbangan domestik yang sering tertunda. Nah kalau yang begini harusnya pemerintah lebih meningkatkan pelayanan publik. Bicara soal penerbangan, maka tidak bisa dipisahkan dengan bandara udara. Kualitas, fasilitas serta kebersihannya wajib diperhatikan. jangan sampai seperti pengalaman saya ketika menjemput keluarga di terminal kedatangan bandara udara Polonia Medan. Hmmm,....space untuk menunggu harus diusik dengan aroma tak sedap dari area toilet,....yang parahnya lagi (kali ini saya harus berani katakan),....saya risih dengan kondisi toiletnya (mudah-mudahan saat ini kondisinya sudah lebih baik). Beruntunglah hal seperti itu tidak saya temukan di bandara udara Selaparang Lombok, Ngurah rai bali, maupun di bandara udara di kota Padang.

Masyarakat juga harus lebih terdidik dan berbudaya dalam menghadapi/ melayani turis dalam maupun luar negeri. Pengalaman tidak menyenangkan pernah saya alami di Tuk-tuk sumatera utara, niat untuk berkeliling pulau Samosir dengan menggunakan jasa  mobil rental yang disediakan oleh usaha penduduk akhirnya batal. Salah paham yang membuat si pengelola jasa rental membatalkan secara sepihak, parahnya lagi, setelah dibatalkan uang panjar sewa pun tidak dikembalikan, kami berpikir bahwa ini bentuk ”halus” dari penipuan. Beruntunglah masi banyak keramahan lain yang kami terima dari penduduk lain disekitar daerah Tuk-tuk dan Danau Toba. Tapi setelah kejadian itu, saya akan berpikir seribu kali untuk merental mobil didaerah itu. Kisah yang tidak jauh berda juga pernah saya rasakan dan teman-teman kerja pada tahun 2005 di Kota Padang, bus yang mengantarkan kami dari kota padang ke Pantai Carolina tidak memenuhi janjinya menjemput kembali alias ”Si bus” tidak pernah hadir menjemput. Parahnya lagi kalau musim liburan, beberapa tempat wisata justru menaikkan harga-harga dengan cara yang tidak wajar. Misalnya saja, saya harus membayar parkir sebesar Rp. 10.000,- ketika berlibur ke kebun Binatang di pematang Siantar saat awal bulan januari 2013 lalu. Ini tentunya lebih mahal dari tarif parkir saya di Mall di kota Medan. Gimana mau maju industri wisata kalau begini. Bukankah inti bisnis wisata itu adalah berhasil mendatangkan kembali si turis dikemudian hari???

Beruntunglah masih banyak keramahan dan kejujuran yang saya dapatkan selama berlibur di beberapa tempat. Misalnya di Bali, pihak jasa rental mobil sangat profesional. Bukan hanya itu ketika berlibur di lombok, saya mendapati keramahan penduduk yang wajib dicontoh masyarakat pelaku industri wisata lainnya. Ketika saya dan istri menuju hotel penginapan setelah selesai menikmati keindahan Pure Bolong, kami akhirnya menaiki kendaraan angkot yang cukup sederhana, penumpangnnya ramah dan memberikan senyum, ketika akan membayar ongkos, si supir malah menawarkan jasa untuk berkeliling ke beberapa tempat wisata di lombok. Istilahnya kalau di perbankan, si bapak sedang ”cross selling” menawarkan jasa. Wah,..ramah banget pikirku, walaupun akhirnya tawarannya kami tolak dengan halus. Bukan hanya itu pegawai di ’The Santosa hotel” tempat kami meninap sangat ramah. Bahkan salah satu manager-nya bersedia menawarkan bantuan mengelilingi hotel dan bercerita tentang Lombok. Wow,.......tak heran kalau banyak bule di Lombok. Apalagi daerahnya relatif aman bagi pelancong, seperti saya misalnya, pulang ke hotel sudah jam 1 malam, sambil berjalan kaki bersama istri, rasa aman itu salah satu resepnya.


Sadar wisata haruslah menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama. Tugas utamanya adalah bagaimana memuaskan para turis, dan mendatangkan mereka kembali. Meskipun industri parawisata kita semakin baik di beberapa daerah (setidaknya menurut pemikiran saya) tapi masih banyak spot-spot wisata yang masih harus dikembangkan. Para pelaku industri wisata harus lebih dididik tentang budaya ramah, jujur dalam berbisnis dan melayani pelanggan. Kelak, bukan tidak mungkin bukan hanya Bali, Lombok, Raja Ampat yang akan terkenal di manca negara, tapi banyak tempat wisata lainnya.

Mari percantik Indonesia.

 Catatan: Merupakan perjalanan wisata penulis, tidak serta merta menyimpulkan secara umum mengenai kondisi budaya, perilaku suatu masyarakat tertentu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar