Serial Ceskul : Gratis Sepuasnya
Punya Geng waktu kuliah itu seru. Ada suka dukanya. Sukanya
karena selain bisa ngilangin stress, ya bisa jadi tempat minjem duit waktu
krisis moneter melanda anak kost. Dukanya yaitu jadi pelabuhan curhat dan
tempat pinjaman teman-teman yang lagi fakir alias jamila (jatuh miskin lagi) di
akhir bulan. Namanya juga sahabat, kalau lagi butuh wajib ditolong, apalagi
kalau teman sudah memasang muka memelas,……gak tega gak ngasih minjam.
Untungnya kalau punya geng, perasaan lebih ceria, apalagi
kuliah di rantau orang, kerinduan terhadap keluarga bisa diobati dengan adanya
geng. Geng-ku sendiri sewaktu kuliah di UNSRI diberi nama 99’ers. Bukan
mencaplok dari nama sebuah staiun radio di pulau jawa. Ini karena kami memang
semuanya angkatan tahun 99.
Bolehlah punya geng, karena bersama kita lebih kuat.
Misalnya saja lebih kuat atau lebih mampu bergotong royong mewujudkan sesuatu.
Misalnya waktu pengen makan mie goring, semua anggota geng langsung ngumpulin
duit, lalu dimasak sendiri (nah, jatah masak jatuh pada gadis-gadis anggota
geng yang jumlahnya minoritas).

Ternyata kehebohan kami dengan “Khas Medan” mengundang minat
seorang Bapak paruh baya.
“Suka makan durian ya dek?”, si bapak bertanya pelan.
Langsung saja semua pasang muka manis agak malu-malu karena
baru sadar ada yang terganggu.
“lumayanlah pak, he he he,….emang kenapa pak?” seorang
anggota geng menjawab.
“Saya senang lihat cara makannya, berebut dan sambil
ketawa-ketawa”, sahut si bapak.
Langsung saja semua pasang muka agak memerah, ternyata dari
tadi si bapak memperhatikan kerakusan anggota geng yang menarik perhatian si
bapak tadi.
“Masih mau makan durian lagi?”Bapak tadi bertanya dengan
logat Palembang. Sontak saja semua anggota geng menolak dengan jaim-nya. Apalagi
si Alite, paling tahu untuk pura-pura jaga imej (meski kadang berlwanan dengan
kata hatinya,..ha,..ha,..ha)
Sepertinya si Bapak tidak mau berhenti, dia menawarkan kami
makan durian gratis, bukan hanya gratis tapi sepuasnya.
“Minta saja sama si ayuk (panggilan mbak dalam bahasa
Palembang) yang jualan durian, nanti berapa pun yang kalian makan,biar ntar si
Ayuk yang tagihkan ke saya. Makan saja sepuasnya,….rumah saya dekat koq, saya
anggota Dewan yang rumahnya disana, saya senang kalian sangat ceria” Si Bapak
menjelaskan sambil menunjuk arah rumahnya yang ternyata merupakan “Puri
Cikeas-nya” di daerah Inderalaya.
Wuih,..sontak semua pasang mimik manis sambil malu-malu
bilang trima kasih sama si Bapak tadi, terus tersenyum manis sampai si Bapak
tadi pergi meninggalkan trotoar tempat durian party berlansung.
Well,…..ini namanya rejeki nomplok, antara percaya dengan
tidak percaya, kami konfirmasi ke si mbak penjual durian, ternyata benar, boleh
makan sepuasnya selama lambung masih bisa diisi.
Langsung saja tanpa ada jaimnya semua berebut makan durian
pilihan masing-masing,…..ini namanya bukan durian runtuh, ini namanya durian
gratis. Puas makan sekenyangnya, rasanya terlalu bodoh kalau “gratisan “ini
hanya dinikamti sendiri, dengan penuh inisiatif maki mengajak teman-teman
kuliah yang kebetulan lewat untuk makan durian. Awalnya banyak yang menolak,
mungkin karena berpikir akan bayar, ada juga yang gak percaya bisa makan
gratis, ya sudah, yang gak percaya rugi sendiri. Yang percaya juga banyak,
semuanya makan sepuasnya,……bangganya bisa jadi “Pahlawan bahan pangan”.
Ternyata geng jomblo tak selalu menyedihkan saat malam
minggu, buktinya malam minggu itu menjadi hangat karena perutpun mulai hangat
dan penuh gas akibat makan kebanyakan, resikonya pagi-pagi terjadi perang
gas,……. Selalu ada resiko dari sebuah kenikmatan,….aroma gas durian di kamar
kost dengan dentuman “meriam” membuat pagi hari di kamar kost harus
tercemar,….meski begitu tokh kami tetap tertawa lepas layaknya anak muda yang
menikmati hidup.
hahahhahahaaaa.....aku bener2 lupa apakah ini realita atau rekayasa genetika wkakakakkaa....
BalasHapuscerita ini memancing kenangan lain bersama serumpuners saat kita makan bubur kacang hijo dimalam minggu dirumah kak lasma hidupi eh hayati bersama konco2 lawas lainnya...so nice... merindukan suasana kumpul2 itu ya hehehehe...